BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sunday, August 2, 2009

kesia-siaan kekayaan

Kesia-siaan kekayaan.

Pengkhotbah 5:7-19

Penghkotbah 6:1-12


Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan di hukum serta keadilan diperkosa, jangan heran akan perkara itu, kerana pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka. Suatu keuntungan bagi Negara dalam keadaan demikian ialah, kalau rajanya dihormati di daerah itu.

Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan sesiapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain daripada melihatnya? Enak tidurnya orang yang berkerja baik ia makan sedikit ataupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur. Ada kemalangan yang menyedihkan ku lihat dibawah matahari; kekayaan yang disimpan pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri. Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatu pun padanya untuk anaknya. Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tidak diperolah nya dari jerih payah nya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya. Ini pun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang , demikian pun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.

Lihatlah yang ku anggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah dibawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikurniakan Allah kepada nya sebab itulah bahagiannya. Setiap yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya-juga itu pun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, kerana Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.

Ada suatu kemalangan yang telah ku lihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehinggakan ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit. Jika orang memperoleh seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur panjang, tetapi ia tidak puas dengan kesenangan, bahkan tidak mendapat penguburan, kataku, anak gugur lebih baik daripada orang ini. Sebab anak gugur, ia datang dengan kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan, dan namanya ditutupi kegelapan. Lagipula ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui apa-apa. Ia lebih tenteram daripada orang tadi. Biarpun ia hidup dua kali seribu tahun, kalau ia tidak menikmati kesenangan: bukankah segala sesuatu menuju satu tempat? Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan. Kerana apakah kelebihan orang yang berhikmat daripada orang yang bodoh? Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku dihadapan orang? Lebih baik melihat saja daripada menuruti nafsu. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Apapun yang ada, sudah lama disebut namanya. Dan sudah diketahui siapa manusia, yaitu bahawa ia tidak dapat mengadakan perkara dengan yang lebih kuat daripadanya.

Kerana makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia? Kerana siapakah yang mengetahui apa yang baik bafgi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi dibawah matahari sesudah dia?

Lihatlah yang ku anggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah dibawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikurniakan Allah kepada nya sebab itulah bahagiannya. Setiap yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya-juga itu pun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, kerana Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.

0 comments: